Jelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta situasi dan kondisi dalam bentuk statement dan wacana pada masing-masing calon terus bergulir. Satu hal yang menjadi sorotan adalah penggunaan isu SARA yang dianggap meresahkan dan berpotensi mengakibatkan konflik diantara pendukung.
Menurut Jenderal Purnawirawan TNI Wiranto, isu SARA yang berkembang dalam Pilkada DKI ini memang sulit dibendung. “Ya selalu dalam pemilu, tidak hanya di DKI, dimana saja selalu. Kita tidak bisa mencegah munculnya satu semangat-semangat yang cenderung mengarah seperti itu,” katanya, dirilis Okezone di Jakarta, Rabu (5/9) malam.
Menurut ketua umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, selama isu SARA itu tidak menimbulkan korban jiwa, maka wacana tersebut masih dianggap sebagai batas kewajaran. “Selama tidak menimbulkan pertumpahan darah, menimbulkan satu pertempuran fisik, tidak menimbulkan perpecahan antar etnis di Jakarta saya kira itu hal yang wajar terjadi selama itu masih dalam koridor undang-undang yang kita bangun ya biarkan saja,” katanya.
Apapun bentuk dan kondisinya, wacana dan statement SARA pasti membawa dampak yang negatif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Jadi tidak ada alasan sedikitpun untuk tetap membiarkan wacana SARA terus bergulir. Ketika pernyataan pemimpin di bangsa ini tidak lagi berpegang pada pemecahan solutif, saatnya rakyat sendiri sadar untuk tidak terlena terhadap perbedaan dan praktik politik yang negatif.